22071435H
Bismillah,Assalamualaikum W.B.T.
5-Tidak Patut Rasa Malu yang Ada Pada Seorang Penuntut Ilmu, Mencegahnya untuk Bertanya
Oleh kerana itu sebahagian ulama' salaf berkata:
"Tidak akan pernah mendapatkan ilmu, orang yang pemalu dan tidak pula orang yang sombong."
Sifat sombong yang ada pada dirinya, membawanya untuk ta'ajub, kagum pada dirinya sendiri, dan tetap dalam kejahilannya. Demikian pula sifat malu membawanya untuk tidak menuntut ilmu atau tidak mengambil faedah dari orang-orang yang memiliki ilmu, sehingga tetap berada dalam kejahilannya.
Al-Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shohihnya, dari Zainab binti Abu Salamah, dari Ummu Salamah, beliau berkata:
"Ummu Sulaim pernah datang kepada Nabi s.a.w., lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran, maka apakah bagi wanita itu ada kewajiban mandi apabila ia bermimpi?” Rasulullah s.a.w. menjawab, “Ya, apabila ia melihat air (mani).” Berkata Ummu Salamah, “Wahai Rasulullah, apakah wanita itu bermimpi?” Beliau menjawab, “Mudah-mudahan kedua tanganmu penuh berkah, maka dengan apakah anaknya menyerupai ibunya?”"
[Sohih Muslim (313)]
Perhatikan ini! Ibnu Abbas r.'anhuma, dengan semangatnya untuk mulazamah (sentiasa belajar) bersama Nabi s.a.w., sebelum beliau wafat, serta do'a Nabi s.a.w. untuknya, dia tetap bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dari fuqaha' dari kalangan sahabat setelah wafatnya Nabi s.a.w. -Berdasarkan riwayat- dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.'anhuma, beliau berkata:
"Ketika Rasulullah s.a.w. telah wafat, saya berkata kepada salah seorang dari kaum Anshor: 'Mari kita bertanya kepada para sahabat Nabi s.a.w., jumlah mereka sekarang banyak.'
Ibnu Abbas berkata, lalu orang tadi berkata: 'Aneh sekali kamu ini, Tidakkah kamu tahu bahawa justeru merekalah yang memerlukan kamu.'
Ibnu Abbas berkata: 'Maka orang tersebut membiarkan panggilanku, sementara saya selalu bertanya dan bertanya. Jika saya memperoleh maklumat bahawa ada suatu hadits pada seseorang, maka segera saya mendatangi pintu rumahnya.'
Kata Ibnu'Abbas : '-Suatu saat- pernah saya menjadikan selendangku untuk bantal di depan pintu rumahnya, angin berhembus sampai debu mengenai wajahku, kemudian ia keluar dan melihatku' , lalu berkata:
Ibnu Abbas berkata: 'Maka orang tersebut membiarkan panggilanku, sementara saya selalu bertanya dan bertanya. Jika saya memperoleh maklumat bahawa ada suatu hadits pada seseorang, maka segera saya mendatangi pintu rumahnya.'
Kata Ibnu'Abbas : '-Suatu saat- pernah saya menjadikan selendangku untuk bantal di depan pintu rumahnya, angin berhembus sampai debu mengenai wajahku, kemudian ia keluar dan melihatku' , lalu berkata:
'Wahai anak bapa saudara Rasulullah s.a.w., apa yang membuatmu datang (kesini)? Mengapa tidak kamu utus seseorang lalu saya yang menemuimu?'.
Saya menjawab: 'Tidak, saya lebih layak untuk menemuimu lalu saya menanyakannya tentang suatu hadits. 'Orang Anshor (yang pernah saya ajak) tersebut masih hidup hingga ia melihatku dalam keadaan orang banyak berkumpul di sekitarku untuk bertanya (menggali ilmu)', maka orang tersebut berkata:
Saya menjawab: 'Tidak, saya lebih layak untuk menemuimu lalu saya menanyakannya tentang suatu hadits. 'Orang Anshor (yang pernah saya ajak) tersebut masih hidup hingga ia melihatku dalam keadaan orang banyak berkumpul di sekitarku untuk bertanya (menggali ilmu)', maka orang tersebut berkata:
'Pemuda ini memang lebih cerdas dibandingkan saya'."
[Al-Ishobah Karya Ibnu Hajar, Biografi Abdullah bin Abbas (4/90)]
Semoga beroleh manfaat^^
0 responses:
Post a Comment