18011432H
Ketika sedang berjalan, Ibrahim bin Adham bertemu dengan seorang lelaki yang tidak dikenalnya. Lelaki itu bertanya kepadanya tempat letaknya perkampungan terdekat.
Ibrahim segera saja mengarahkan jari telunjuknya ke pemakaman yang ada di dekat situ sambil berkata, "Itulah perkampungan yang sebenarnya, sebuah perkampungan hakiki". Lelaki itu mundur sedikit lalu dengan perasaan kurang senang berkata, "Aku menanyakan tempat letaknya perkampungan, mengapa kamu menunjukkan pekuburan kepadaku? Apa kamu hendak mengolok-olok aku?"
Dengan penuh kemarahan, lelaki itu memukul kepala Ibrahim dengan tongkatnya sehingga darah bercucuran dari kepala Ibrahim. "Pukullah kepala yang telah lama berbuat dosa kepada Allah ini," gumam Ibrahim bin Adham sambil berusaha menghentikan aliran darah dari kepalanya.
Lelaki itu kemudian pergi. Kejadian ini di ketahui oleh orang yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat itu. Ia lalu menghampiri pendatang tadi dan berkata, "Hai lelaki, tahukah kamu maksiat yang telah kamu lakukan hari ini? Kamu baru saja memukul kepala orang yang paling banyak beribadah di zamannya. Kamu baru saja memukul Ibrahim bin Adham, seorang zahid yang terkenal."
Mendengar ini, lelaki itu segera kembali mendatangi Ibrahim lalu meminta maaf. "Aku telah memaafkanmu dan mendoakanmu masuk syurga," kata Ibrahim. "Bagaimana mungkin?" seru lelaki itu dengan perasaan lega bercampur hairan.
"Kerana, ketika kamu memukul kepalaku, aku bersabar, dan balasan bagi orang yang sabar tidak lain adalah syurga. Jadi, tidaklah baik jika aku masuk syurga karena kamu, tetapi kemudian aku mendoakanmu masuk neraka. Ini juga bukanlah sikap yang bijaksana," jelas Ibrahim bin Adham.
Begitulah sifat mukmin sejati. Akhlaknya mulia walaupun dihina dan disakiti oleh orang lain, dan di dalam hatinya, tidak terdetik untuk membalas dendam, sebaliknya mendoakan kesejahteraan terhadap orang yang menganiyainya.
Ibrahim segera saja mengarahkan jari telunjuknya ke pemakaman yang ada di dekat situ sambil berkata, "Itulah perkampungan yang sebenarnya, sebuah perkampungan hakiki". Lelaki itu mundur sedikit lalu dengan perasaan kurang senang berkata, "Aku menanyakan tempat letaknya perkampungan, mengapa kamu menunjukkan pekuburan kepadaku? Apa kamu hendak mengolok-olok aku?"
Dengan penuh kemarahan, lelaki itu memukul kepala Ibrahim dengan tongkatnya sehingga darah bercucuran dari kepala Ibrahim. "Pukullah kepala yang telah lama berbuat dosa kepada Allah ini," gumam Ibrahim bin Adham sambil berusaha menghentikan aliran darah dari kepalanya.
Lelaki itu kemudian pergi. Kejadian ini di ketahui oleh orang yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat itu. Ia lalu menghampiri pendatang tadi dan berkata, "Hai lelaki, tahukah kamu maksiat yang telah kamu lakukan hari ini? Kamu baru saja memukul kepala orang yang paling banyak beribadah di zamannya. Kamu baru saja memukul Ibrahim bin Adham, seorang zahid yang terkenal."
Mendengar ini, lelaki itu segera kembali mendatangi Ibrahim lalu meminta maaf. "Aku telah memaafkanmu dan mendoakanmu masuk syurga," kata Ibrahim. "Bagaimana mungkin?" seru lelaki itu dengan perasaan lega bercampur hairan.
"Kerana, ketika kamu memukul kepalaku, aku bersabar, dan balasan bagi orang yang sabar tidak lain adalah syurga. Jadi, tidaklah baik jika aku masuk syurga karena kamu, tetapi kemudian aku mendoakanmu masuk neraka. Ini juga bukanlah sikap yang bijaksana," jelas Ibrahim bin Adham.
Begitulah sifat mukmin sejati. Akhlaknya mulia walaupun dihina dan disakiti oleh orang lain, dan di dalam hatinya, tidak terdetik untuk membalas dendam, sebaliknya mendoakan kesejahteraan terhadap orang yang menganiyainya.
Semoga beroleh manfaat^^